Kamis, 25 Februari 2010

"Membangun Indonesia Unggul "Share”
Refleksi Pendidikan dalam Spirit tradisi dan motivasi
Thursday, January 21, 2010 at 1:19pm
Oleh
: Dedy Nur*
disadur oleh : Bayu Sutarto



Ada Spirit dan Motivasi Tradisi yang tertinggal dibelakang kita saat ini. Spirit, motivasi Tradisi yang pernah begitu sanggup membangkitkan semangat Perjuangan dan pengorbanan yang tinggi dikalangan anak-anak muda Indonesia. Bangsa Indonesia kemudian dikenal sebagai bangsa "Pembelajar", Bangsa yang siap berhadapan dengan berbagai Tantangan Dunia masa depan, Bangsa yang siap tinggal Landas, Dan Bangsa yang sanggup merumuskan Cita-cita besar Perjuangan yang terukir dalam Pembukaan UUD & Pancasila.

Semua itu adalah hasil dari Proses Pembelajaran yang Panjang. Sebuah Pertanyaan yang patut kita ajukan saat ini adalah kemana Perginya Spirit dan motivasi ; Tradisi Bangsa Indonesia dulu?"


Sebuah perbandingan :

Ini adalah perbedaan besar antara anak SMU jaman Sukarno Hatta dengan anak SMU sekarang.
Di masa penjajahan Belanda, seorang anak SMU (HBS, Hogere Burger School) menguasai 4 bahasa sekaligus, Belanda, Inggris, Perancis, dan Jerman. Selama tiga tahun masa sekolahnya diwajibkan membaca minimal 25 buku sastra kelas dunia dari 4 bahasa itu. Mereka diwajibkan membuat sekurang-kurangnya 100 tulisan, baik ilmiah maupun karya sastra.


Begitu pentingnya "BUKU" saat itu, sehingga sanggup melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang sangat berpengaruh hingga saat ini. Sejarah yang direkayasa jugalah yang telah mengaburkan berbagai Spirit & perjuangan mereka hari ini, sehingga ada sebuah kesenjangan waktu dan keterputusan sejarah akibat dari Rekayasa kekuasaan pada era Soeharto.

Lihat buku-buku besar bacaan Sukarno-Hatta waktu masih di HBS di file "Rahasia Keunggulan Para Tokoh Besar". Menguasai bahasa asing, seperti Inggris, berarti menguasai bahasa ilmu pengetahuan dunia. Menguasai 4 bahasa, berarti mempunyai akses dan menyerap ilmu pengetahuan besar jauh lebih banyak.



Generasi Kontaminasi Saat ini :

Menurut budayawan Taufik Ismail (Kompas, 4 Desember 2007), anak-anak sekarang paling hanya membuat 1 tulisan setahun. Jumlah bacaannya pun sudah begitu sedikit, dan mungkin mereka tidak pernah sekalipun membaca buku dalam bahasa Inggris, apalagi bahasa lainnya. Dan harga buku sekarang juga sangat mahal, selain itu akses pada buku-buku pengetahuan yang bagus pun sangat terbatas. Dan jangankan menguasai 4 bahasa sekaligus, 1 bahasa Inggris saja sekarang sudah pas-pasan.



Kurangnya Pemahaman dan ilmu pengetahuan dari Generasi saat ini mengakibatkan mereka begitu mudah terbawa oleh arus-arus peradaban, yang memang begitu "Liar". Teknologi dan Kebebasan Informasi sesungguhnya dapat dijadikan alat baru untuk menterjemahkan abad Ini.

Salahsatu kunci Kebangkitan Eropa, Renaissance, adalah penemuan Mesin Cetak Gutenberg. Akibat Mesin Cetak ini, buku menjadi jauh lebih murah dan mudah didapat di seluruh Eropa. Hal Ini menciptakan terjadinya Revolusi Besar terhadap akses Eropa kepada seluruh pengetahuan terunggul dunia. Seluruh Eropa dilanda demam membaca, dan proses belajar serta kecerdasan Eropa akhirnya melampaui bangsa-bangsa lainnya. Eropa menguasai dunia.

Jepang di jaman kebangkitannya, Restorasi Meiji, mengimpor habis-habisan teknologi Revolusi Industri dari Barat (Eropa dan Amerika). Tapi sebelum itu, mereka mengimpor habis-habisan beragam buku tentang peradaban Barat, sejarah, proses pembelajaran, sains, dan teknologinya. Dengan pengetahuan yang luas, penyerapan teknologi baru di Jepang jauh lebih mudah. Mereka bahkan punya badan khusus untuk mempelajari buku-buku Barat, "Bansho Shiraibesho", Institut Penelitian Buku Asing.


Mukjizat terbesar yang diberikan tuhan kepada umat manusia adalah ilmu, yang kemudian terangkum, dalam sebuah buku.

Bagaimana dengan orang-orang terbesar dalam sejarah dunia? Alexander the Great, Napoleon Bonaparte, Kennedy, lincoln, Leonardo da Vinci, Einstein, Andrew Carnegie, Bill Gates, darimana sumber kekuatan dan pengetahuan unggul mereka?

Jadi apakah kebangkitan peradaban semata-mata adalah kebangkitan pengetahuan manusianya? Dan itu bisa mulai dilakukan dengan masalisasi pengetahuan unggul, lewat buku? Karena Buku adalah sarana dan jembatan masa depan. Jika kita ingin menyaksikan Indonesia masa depan dengan Wajah Barunya yang lebih Beradab, Maka hari ini Bangsa ini harus mulai berinvestasi lewat pendidikan.

Sebuah Keniscayaan, Bangsa-bangsa Terkemuka dunia telah sukses mencerdaskan kehidupan rakyatnya.

Indonesia, mencerdaskan kehidupan Bangsa masih sebatas Angan yang terbang bersama Mimpi-mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar